Alasan Dibalik Lamanya Demokrasi Dapat Bertahan

democracy

Demokrasi bukanlah sebuah ideologi yang dianut oleh sekelompok masyarakat tertentu yang akan susah dieksklusi dari kehidupan ini. Bukan pula sebuah dogma statis dari salah satu bentuk pemerintahan yang kaku, represif, dan menolak keterbukaan dunia luar. Sejatinya, demokrasi hanyalah sebuah cara yang digunakan pemimpin dalam mengatur urusannya –dalam melayani kepentingan rakyat banyak. Walau pada akhirnya, tafsiran demokrasi banyak dikeluarkan oleh berbagai pemikir, dan salah satu yang paling terkenal adalah kalimat yang dilontarkan presiden Amerika Serikat pertama –Abraham Lincoln, yang mengatakan demokrasi berupa “Government of the people, by the people, for the people, shall not perish from the Earth.”.

Sejarah awal demokrasi sebenarnya telah ada sejak lama dan ‘baru’ terekam sejak memasuki abad ke 5 sebelum masehi. Demokrasi mulai berkembang saat kekuasaan Yunani yang berkota di Athena membuka keran kekuasaan lewat majelis-majelis rakyat melalui demokrasi langsung. Dengan hal itu, rakyat termudahkan dalam menyalurkan aspirasinya ke pemerintahan yang berkuasa. Namun, karena belum adanya dasar hukum yang mengikat dan alur kerja yang jelas mengenai demokrasi. Cara kerja ini sempat mengalami jalan buntu ketika memasuki abad pertengahan, wabil khusus di Eropa dan Amerika pada abad ke 5 M – 15 M –zaman dimana kerajaan feodal dan kekuasaan absolut berkuasa.

Demokrasi kembali menguat ketika zaman pencerahan datang, kerajaan dan kekuasaan statis kehilangan legitimasi dan saling serang antar kerajaan lain. Diawali dengan zaman renaissance awal abad ke 15 Masehi, hingga revolusi industri besar-besaran di eropa pada pertengahan abad ke 18 Masehi, demokrasi kembali menemukan jalan keluar –setelah tersesat lama dalam kekuasaan feodal yang berkuasa.

Hingga Uni Soviet runtuh pada akhir abad ke 20 Masehi, demokrasi benar-benar menjadi pemenang dalam kontestasi cara kerja pemerintahan yang baik. Demokrasi, yang menghargai dan melindungi hak individu dipercaya banyak masyarakat adalah cara kerja pemerintahan yang sesuai dengan sikap egalitarianisme, keterbukaan, tata kelola pemerintahan demokratis, dan jaminan akan kebebasan individu dan hak asasi manusia. Cara kerja ini jualah yang dipakai di negara-negara yang memenangkan perang dingin melawan Soviet pada masa itu –dengan ideologi sosialis-komunis Soviet. Benar saja apa yang dikatakan Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man yang menyebutkan, bahwa akhir dari sejarah manusia ditandai dengan kemenangan ideologi demokrasi liberal yang memiliki ciri khas dan tidak dimiliki ideologi penyaingnya, yaitu trust atau kepercayaan kepada hak dan kebebasan setiap individu.

Kemampuan demokrasi dalam menerima kritik internal maupun eksternal (tidak anti-kritik) dan menjadikan hal tersebut sebagai input bahan evaluasi juga menjadi prasyarat demokrasi dapat bertahan lama hingga kini dan keluar sebagai pemenang untuk cara kerja pemerintahan yang termahsyur hingga saat ini. kemampuan demokrasi dalam ‘merawat pesaingnya’ juga menjadikan ia kokoh berdiri di era ini, dan tidak jarang, negara di banyak benua menggunakan demokrasi sebagai ukuran apakah negara tersebut sudah maju atau masih berkembang.

Lalu, sampai kapan demokrasi sebenarnya bisa bertahan?

Ku jawab dengan tegas, sampai tidak adalagi yang memperjuangkan substansi demokrasi.

 

Referensi :

Fukuyama, F. (2006). The end of history and the last man. Simon and Schuster.

sumber gambar : http://www.formfiftyfive.com/wp-content/uploads/2009/07/democracy.jpg

(Naufal)

Tinggalkan komentar