Efektifkah Demonstrasi di Era Reformasi?

demo

Apa yang terlintas difikiran kita bila mendengar kata “mahasiswa”?

Agent of chage?, ujung tombak perubahan?, penyambung suara rakyat?, idealis? Atau bahkan demonstrasi?, rusuh?, calon pengangguran? Bahkan mungkin seks bebas?

Ya, itu sedikit dari pemikiran yang ada bila mendengar kata mahasiswa. Tapi pada kesempatan ini saya akan membahas tentang demonstrasi yang sering dilakukan oleh mahasiswa di era reformasi saat ini. Pertanyaan besarnya adalah, apakah ada manfaat yang ditimbulkan akibat demo atau malah hanya menimbulkan permasalahan saja.

Notabenenya mahasiswa memang merupakan golongan yang berintelektual, masih kental diingatan kita dimana rezim Soeharto tumbang karena demonstrasi mahasiswa besar-besaran. Krisis moneter pada saat itu membuat perekonomian semakin tidak karuan, ditambah lagi kepemimpinan yang begitu diktator sampai-sampai kita terdiam selama berpuluh-puluh tahun hanya dapat melihat tanpa dapat berbuat.

Pemerintah memang tidak main-main pada masa itu, bila ada yang berani mengkritisi mereka, maka bisa dengan mudah di tangkap bahkan dibunuh dengan alasan dapat menimbulkan kegaduhan yang berakibat pada stabilitas negara akan terganggu.

Masih ingatkah kita begitu banyak pemuda yang berkumpul untuk bertekad menyatukan Indonesia di tanggal 28 Oktober 1928?. Masih ingatkah kita tentang pemuda yang begitu bersemangat membentuk partai-partai yang beridelogikan kemerdekaan?

Begitu pentingnya peranan pemuda dizaman itu, dan hingga saat ini “embel-embel” sebagai kaum perubahan masih melekat.

Lalu pertanyaan selanjutnya apakah dengan kondisi seperti sekarang ini hal seperti itu masih efektif dilakukan?

Bila kita melihat permasalahan yang ada bahwa kebanyakan mahasiswa melakukan demonstrasi untuk menyuarakan penderitaan rakyat, mereka memposisikan diri sebagai rakyat yang tertindas yang perlu diperjuangkan hak-haknya. Bila kita menilik lebih jauh lagi apakah benar mereka memang memperjuangkan itu? Apakah benar mereka rela mati demi kepentingan rakyat?

Atau mungkin mereka hanya terbawa emosi sesaat yang diprofokasi oleh sebagian orang, dan juga sangat mungkin mereka hanya terbawa euforia saja karena mereka melihat sejarah bahwa pemudalah yang mempelopori perubahan.

Jika meminjam kata-kata dari Bung Beni Pramula dalam bukunya “Ironi Negeri Kepulauan” , bahwa perubahan sosial adalah sebuah keniscayaan, merupakan suatu hal yang pasti terjadi. Lalu ada pertanyaan yang muncul kembali, dengan cara apa perubahan itu muncul?

Bila kita melihat di zaman demokrasi seperti ini, setiap orang memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya dan telah diatur di dalam undang-undang. Ini juga menjadi salah satu motivasi untuk melakukan demonstrasi.

Demonstrasi pada hakikatnya memang digunakan untuk menyatakan aspirasi setiap orang, disini kita dapat dengan bebas menyuarakan permasalahan yang ada dengan tujuan agar dapat didengar oleh pemerintah sehingga permasalahan dapat terselesaikan.

Tetapi pada praktiknya demonstrasi ini tidak selamanya berjalan dengan baik, banyak masyarakat yang malah mencaci maki mereka karena menimbulkan kemacetan. Demonstrasi beberapa kali menimbulkan kericuhan dan tidak jarang terjadi baku hantam dengan aparat. Seringkali demonstrasi digunakan karena sering trend dikalangan mahasiswa, dan pada akhirnya tidak membawa dampak apa-apa. Pemerintah sering dianggap tidak becus melakukan tugasnya karena banyak kebijakan yang katanya tidak pro rakyat.

Saya menghargai cara yang dilakukan oleh teman-teman semua dan pada intinya saya tidak menyalahkan apa yang dilakukan oleh teman mahasiswa sekalian. Tetapi coba kita berfikir bahwa apakah demo adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan hak rakyat? Apakah tidak ada cara lain yang lebih efektif untuk itu tanpa harus turun kejalan yang dapat membuat kemacetan dan saling dorong sehingga menyebabkan luka? Atau ada cara lain selain itu.

Bukankah sekarang sudah ada LSM yang menaungi kepentingan rakyat sehingga dapat disampaikan ke pemerintah?, bukankah sekarang sudah banyak media massa baik cetak maupun elektronik yang sangat kritis terhadap kebijakan yang ada? Bukankah sekarang sudah ada internet yang dapat digunakan untuk sarana aspirasi masyarakat kepada pemimpinnya? Bukankah masih banyak cara-cara lain yang lebih efektif tanpa harus berusah payah dengan cara demonstrasi yang merugikan masyarakat lain?

Baiklah pada intinya saya tidak menyalahkan satu pihakpun, tetapi melalui tulisan ini saya mengajak teman mahasiswa seluruh Indonesia bahwa jangan sampai demonstrasi yang memiliki tujuan baik malah disalah gunakan untuk kepentingan beberapa oknum saja. Jangan sampai semangat yang kita miliki malah membuat permasalahan semakin kompleks, dan yang terakhir saya berpesan kepada teman-teman mahasiswa semua agar dapat lebih dewasa untuk melihat permasalahan yang ada dan tidak melihat permasalahan hanya dari satu perspektif saja.

 

Tinggalkan komentar